BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang.
Dinamika
persaingan oleh berbagai industri terus meningkat. Berbagai perusahaan saling
berusaha untuk mengisi celah yang tidak atau belum dijamah oleh pesaingnya.
Pola persaingan untuk menciptakan keunggulan kompetitif di kancah dunia bisnis
ini seakan menjadi bumbu dan landasan untuk menjadi lebih baik atau bahkan yang
yang terbaik bagi setiap perusahaan. Tingkat
persaingan yang semakin ketat, mengharuskan perusahaan untuk mempertahankan
pelanggan yang ada, karena biaya untuk menarik pelanggan baru ternyata lebih
besar daripada biaya untuk mempertahankan pelanggan yang ada (Rust &
Zahorik dalam Gilang Kencanawati, 2004: 8).
Customer value seperti diungkapkan Kotler (2000: 47) merupakan persepsi
pelanggan terhadap konsekuensi yang diinginkan dari penggunaan sebuah produk. Customer
value merupakan persepsi pelanggan terhadap
konsekuensi yang diinginkan dari penggunaan sebuah produk. Dengan kata lain
suatu produk dikatakan mampu memenuhi nilai yang diharapkan konsumen ketika biaya
atau upaya untuk mendapatkan produk lebih kecil daripada hasil atau manfaat
yang diperolehnya. Keberadaan ini penting bagi suatu perusahaan dalam
mempertahankan konsumen dan keberadaannya di industri tersebut (Cravens, 1996:
31). Kegagalan meraih nilai pelanggan (customer value) dapat menciptakan
konsekuensi-konsekuensi serius bagi perusahaan. Semakin sedikit harapan
konsumen dipenuhi, semakin besar kemungkinan untuk terjadi perpindahan
(Balabanis, dkk., 2004: 10). Kemungkinan untuk kehilangan pelanggan lebih besar
karena tingkat perilaku perpindahan merek (brand swithing) juga tinggi.
Untuk memberi
salah satu nilai pelanggan dan mengantisipasi agar pelanggan tidak berpindah ke
produk sejenis yang lain, maka perusahaan perlu untuk membangun
hambatan-hambatan yang mengikat pelanggan agar pelanggan tetap menggunakan
produk dan jasa mereka. Hambatanhambatan inilah yang disebut dengan switching
barrier. Jones dan
Fornell (dalam Julander: 2003: 4) mengungkapkan bahwa switching
barrier adalah semua faktor yang membuat
konsumen sulit untuk berpindah merek. Switching barrier ini merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan pelanggan untuk tetap menggunakan suatu penyedia jasa tertentu.
Faktor-faktor ini menjadikan pelanggan enggan untuk berpindah merek sehingga
pelanggan tetap mengkonsumsi merek yang sama dengan yang telah dipilih
sebelumnya.
Pada saat
Bakrie Telecom yang merupakan perusahaan jasa operator seluler dengan produknya
yaitu ESIA dengan teknologi CDMA 2000-1x berusaha untuk mengakuisisi pelanggan.
Promosi telah dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi usaha-usaha
pengakuisisian ini mengalami hambatan yang disebut switching
barriers, yaitu hambatan yang dialami pelanggan
sehingga mereka enggan untuk berpindah dari suatu operator seluler ke ESIA.
Tingkat switching
barrier yang tinggi pada GSM membuat para
pelanggan enggan untuk berpindah ke CDMA. Sehingga hambatan dalam pengakuisisian
pelanggan ini berdampak pada sulitnya mencapai pertumbuhan pelanggan yang
diharapkan oleh Bakrie Telecom dan pada akhirnya pangsa pasar yang telah
ditargetkan sulit diraih (Adhisti dan Reinarto, 2006: 1).
Julander dan
Soderlund (2003: 16) mengatakan bahwa switching barrier secara positif berpengaruh pada repurchase
intention, dan secara
positif pula berbenturan dengan kepuasan mempengaruhi repurchase
intention dan loyalitas.
Lebih lanjut, industri kecantikan wajah kini sedang marak menawarkan produk yang
dapat memutihkan wajah. Hal ini seiring dengan fenomena kecantikan yang
senantiasa makin diminati oleh para wanita masa kini. Perkembangan ini ditandai
dengan penjualan produk pemutih di toko obat dan kosmetik semakin banyak
diserbu konsumen.
Beberapa klinik
yang berjanji membuat wajah putih mulus tak pernah sepi pengunjung (Pikiran Rakyat, edisi 24 Maret 2006).
Salah satu alasan para wanita mengkonsumsi kosmetik pemutih wajah khususnya
wanita Indonesia adalah karena mereka mempunyai persepsi bahwa wanita yang cantik
adalah wanita yang memiliki kulit putih. Hal ini umumnya digemari para wanita
yang kebanyakan berkulit coklat yang berfikiran memiliki kulit putih itu cantik
(Anonimous dalam Umami, 2006: 2).
Lebih lanjut,
Sampurno (dalam Umami, 2006: 2) menjelaskan bahwa, Indonesia merupakan negara
yang memiliki pasar yang bagus dalam penjualan kosmetik khususnya pemutih
dibandingkan dengan Afrika atau negara Asia lainnya. Disamping itu, saat ini
masyarakat Indonesia, khususnya wanita sedang demam pemutih wajah (whitening). Apalagi iklan di televisi maupun di
media cetak banyak menampilkan wajah putih, bersih, dan cantik karena
menggunakan whitening. Pond’s merupakan salah satu produk kosmetik di Indonesia yang menawarkan
produk formula pemutih wajah.
PT. Unilever
Tbk sebagai produsen produk pond’s makin gencar melakukan inovasi dengan terus mengeluarkan
produk barunya. MARS (Marketing
Research Specialists),
(SWA, edisi 12 Juli-3 Agustus 2005). Penghargaan ini diberikan sebagai ukuran
kekuatan merek di pasar. Ada enam parameter yang digunakan MARS-SWA untuk
mengukur brand value, diantaranya, Pertama, top of mind (TOM) merek menurut konsumen. Ini diukur
dari merek apa yang pertama diucapkan oleh responden untuk masing-masing
kategori produk. Kedua, TOM iklan untuk mengukur iklan apa yang tertanam di benak
konsumen untuk tiap kategori produk (iklan paling populer). Ketiga, satisfaction
index yang berupa angka yang diberikan
responden terhadap kepuasan mereka terhadap merek-merek (skala 1-10). Keempat, gain
index merupakan angka yang dihitung dari rumus
konsumen baru dikurangi konsumen yang lari, kemudian dibagi total konsumen.
Kelima, brand
share diperoleh dari besarnya pangsa pasar
sebuah merek di masingmasing kategori produk. Dan keenam, brand
loyalty diukur dari prosentase konsumen yang tak
akan beralih kepada merek lain dalam masing-masing kategori produk. Gabungan
enam parameter tersebut akan menghasilkan nilai brand value (BV) untuk masing-masing kategori produk
(harian Probis, edisi rabu, 17 Juli 2002).
Berangkat dari
hal di atas dan melihat pentingnya switching barrier yang dapat dimanfaatkan untuk
mempertahankan pelanggan bagi perusahaan, maka peneliti tertarik untuk mengkaji
tentang ”Pengaruh
Switching Barrier terhadap Repurchase Intention (Studi pada Produk Pemutih Wajah Merek
Pond’s di Swalayan )
B.
Rumusan
Masalah
Dari uraian di
atas, maka masalah yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:
- Apakah variabel dalam switching barrier meliputi biaya perpindahan, daya pikat alternatif, dan hubungan interpersonal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap repurchase intentions?
- Apakah variabel dalam switching barrier meliputi biaya perpindahan, daya pikat alternatif, dan hubungan interpersonal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap repurchase intentions?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan
dari penelitian yang akan dilakukan ini adalah sebagai berikut:
- Untuk mengetahui variabel dalam switching barrier yang meliputi biaya perpindahan, daya pikat alternatif, dan hubungan interpersonal secara simultan berpengaruh signifikan terhadap repurchase intentions.
- Untuk mengetahui variabel dalam switching barrier yang meliputi biaya perpindahan, daya pikat alternatif, dan hubungan interpersonal secara parsial berpengaruh signifikan terhadap repurchase intentions.
D. Batasan Penelitian
Berbagai
kelemahan dan kekurangan yang secara sadar kami alami membuat peneliti perlu
untuk melakukan batasan terhadap objek penelitian yang akan dilakukan.
Disamping itu banyaknya kategori produk Pond’s ini sehingga peneliti membatasi
penelitian ini pada produk Pond’s dengan kategori pemutih wajah.
Dengan pertimbangan bahwa pond’s kategori pemutih wajah merupakan produk yang
telah meraih penghargaan best brand.
E. Manfaat Penelitian
- Sebagai bahan pustaka bagi pengembangan pengetahuan dalam bidang manajemen khususnya manajemen pemasaran.
- Sebagai bahan kajian dan informasi pendahuluan bagi penelitian di masa mendatang yang berkaitan dengan masalah ini.
- Sebagai informasi tambahan bagi peneliti lain yang meneliti masalah yang berhubungan dengan penelitian ini.
- Sebagai informasi dan bahan evaluasi bagi pengambil kebijakan tentang pembuatan produk dan mempertimbangkan pentingnya nilai pelanggan.
Skripsi ini terdiri
dari BAB I sampai dengan BAB V full. Untuk pengunjung blog ini yang ingin
mendapatkannya sebagai bahan referensi penyusunan skripsi dapat menghubungi
pengelola blog ini. Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar