BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Karya sastra merupakan
seni yang mengungkapkan berbagai
kehidupan manusia dalam bentuk tulisan, yang memuat berbagai peristiwa,
penderitaan, perjuangan, kasih sayang, nafsu, kebencian, dan segala yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai peristiwa yang dialami oleh manusia sebagai pelajaran bagi kita
semua agar dapat berpikir menjadi lebih
dewasa dan luas bahwa manusia itu
memiliki kekurangan dan kelebihan serta lebih bijaksana dalam segala perbuatan.
Karya sastra diciptakan
oleh pengarang atau sastrawan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh
masyarakat. Sastrawan sebagai pencipta karya sastra jelas mengharapkan
karya-karyanya dapat dinikmati oleh pembaca. Sastrawan tidak hanya bermaksud
agar pembaca mengetahui apa yang ia sampaikan lewat karyanya, tetapi pengarang
juga ingin mengajak pembaca ikut merasakan apa yang dirasakan oleh pengarang. Atmazaki (1990-24) mengatakan bahwa karya sastra
diciptakan untuk dibaca dan
dinikmati. Sastra tidaklah sekedar
permainan bahasa yang dikomunikasikan pengarang melalui tulisannya, tetapi
mengandung makna lebih. Sastra mengandung nilai-nilai yang memperkaya rohani
dan meningkatkan mutu kehidupan. Jadi, pengarang bukan sekedar memindahkan apa
yang disaksikan dalam kehidupan ini dalam karyanya, melainkan memberikan isi
dan menafsirkan apa yang menjadi keyakinan batinnya. Salah satu hasil cipta
sastrawan adalah novel. Sebagai bentuk karya sastra, novel merupakan hasil
kreatif dan imajinatif pengarang yang berisi tentang kehidupan baik fisik
maupun fisikis, jasmani maupun rohani manusia.
Berbagai peristiwa itu disajikan oleh pengarang ke dalam sebuah novel.
novel merupakan cerita yang berbentuk prosa yang menceritakan kehidupan manusia
seperti halnya cerpen dan roman, hanya novel lebih kompleks dari cerpen dan
lebih singkat dari pada roman. Kosasih
(2009:92) mengatakan bahwa novel merupakan cetusan pemikiran dan imajinasi pengarangnya. novel tidak bisa lepas dari pengaruh adat dan
kebiasaan masyarakat ketika novel itu diciptakan. Budaya suatu masyarakat akan
tergambar di dalamnya.
Novel ditulis dalam bentuk wacana dengan menggunakan bahasa, baik bahasa
daerah maupun bahasa Indonesia. Wacana itu sendiri dapat terbentuk dengan
adanya unsur-unsur pendukungnya. Unsur-unsur pendukung sebuah wacana antara
lain kata, frase, klausa, kalimat, dan paragraf. Semua ini merupakan wadah untuk menuangkan
ide pengarang.
Untuk menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase kalimat pertama
dengan kalimat kedua diperlukan kata sambung atau disebut dengan konjungsi.
Sekawan (2007:137) mengatakan bahwa konjungsi ialah kata yang digunakan untuk
menghubungkan kata dengan kata, kalimat
dengan kalimat, frase dengan frase, dan
paragraf dengan paragraf. Kalimat yang terdapat dalam wacana tidak hanya
digabungkan begitu saja tanpa mempertimbangkan antar hubungannya tetapi wacana
yang disajikan sebagai wadah penyampaian pikiran atau ide dibentuk oleh
kalimat-kalimat yang saling berhubungan dan disusun secara terpadu, sehingga
menghasilkan tuturan yang jelas. Untuk menghasilkan wacana yang saling
berhubungan dan padu maka diperlukan konjungsi.
Ramlan (1985: 61) mengatakan bahwa konjungsi berguna untuk menghubungkan
satuan-satuan gramatikal, sehingga menghasilkan satuan gramatikal yang lebih
besar. Satuan gramatikal tersebut mungkin berupa kalimat, klausa, frase, dan
mungkin juga berupa kata. Bahasa dalam novel Laskar Pelangi di dalamnya
juga terdapat konjungsi. Konjungsi ini berfungsi untuk menghubungkan
satuan-satuan gramatik sehingga pada akhirnya terbentuk sebuah novel. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada penggalan novel di bawah ini.
“Bapak K.A. Harfan Efendy Noor, sang kepala sekolah dan
seorang wanita muda berjilbab, Ibu N.A. Muslimah Hafsari.atau Bu
Mus. Seperti ayahku, mereka berdua tersenyum.
Namun, senyum Ibu Mus adalah senyum getir yang dipaksakan
karena tampak jelas beliau sedang cemas” (LP : 2).
Konjungsi dan merupakan konjungsi koordinatif yang menghubung-kan
kata benda dengan kata benda, yaitu kata kepala sekolah dan seorang wanita
muda berjilbab; sedangkan atau
digunakan untuk menunjukkan pilihan nama panggilan seperti digunakan
untuk membuat perbandingan, yaitu: Ibu
Muslimah Hafsari atau bu Mus. namun merupakan konjungsi koordinatif
yang menunjukkan arti berlawanan, digunakan untuk menunjukkan suatu yang
berlawanan dengan kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya, yaitu: kalimat
pertama mereka berdua tersenyum, dan kalimat kedua, senyum getir yang
dipaksakan. Namun disini juga bermakna tetapi. Sedangkan konjungsi yang
membantu mempertegas kalimat selanjutnya, karena tampak membantu dalam mempertegas isi kalimat
selanjutnya.
Berdasarkan contoh data di atas peneliti ingin meneliti konjungsi dalam
novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang lebih dalam. Yang meliputi
bentuk, fungsi, dan maknanya. Karena sepengetahuan penulis, konjungsi dalam
novel Laskar Pelangi belum ada yang meneliti.
1.2 Batasan
Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan
yang akan diteliti, maka dalam
penelitian ini, peneliti
hanya membatasi pada 3 masalah, yaitu: 1). Bentuk konjungsi
koordinatif, yang terdiri dari: dan, atau, tetapi. 2). Fungsi konjungsi, yang terdiri
dari: konjungsi berfungsi menandai
hubungan penambahan,
konjungsi berfungsi menandai
hubungan
pilihan, dan konjungsi berfungsi
menandai hubungan perlawanan. 3). Makna konjungsi, yang terdiri
dari: makna penambahan atau penggabungan, makna pemilihan, dan makna
perlawanan, Pada novel Laskar Pelangi
karya Andrea Hirata yang
terdiri dari 3 bab,
yaitu: 1). bab awal, yang terdiri dari: bab
1. Sepuluh Murid Baru, 2). Bab
tengah, yang terdiri dari: bab
17. Ada Cinta di
Toko Kelontong Bobrok Itu, 3). Bab
akhir, yang terdiri dari: bab
34. Gotik.
1.3 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian
ini adalah:
- Bagaimanakah bentuk konjungsi dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?
- Apa fungsi konjungsi dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?
- Apa makna konjungsi dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata?
1.4 Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut ini.
- Untuk mendeskripsikan bentuk konjungsi dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
- Untuk mendeskripsikan fungsi konjungsi dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
- Untuk mendeskripsikan makna konjungsi dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata.
1.5 Manfaat
Penelitian
- Bagi guru, Membantu guru bahasa Indonesia dan bagi para pemakai bahasa Indonesia untuk memahami dan mendalami tentang teori-teori konjungsi, baik itu dari segi bentuk, fungsi, dan maknanya.
- Bagi mahasiswa, Sebagai bahan rujukan bagi mahasiswa dalam mengkaji dan memahami teori-teori konjungsi.
Skripsi ini terdiri dari BAB I sampai dengan BAB V Full.
Untuk pengunjung blog saya bisa ini yang ingin mendapatkan contoh skripsi ini
sebagai bahan pembelajaran maupun referensi dalam menyusun skripsi anda dapat menghubungi
pengelola blog ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar