BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan dalam segala bidang yang
terjadi di Indonesia berkorelasi positif dengan bertambahnya kebutuhan
perumahan penduduk. Adanya peningkatan kebutuhan akan perumahan secara otomatis
kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat pula. Peningkatan akan
kebutuhan bahan bangunan ini harus disikapi dengan pemanfaatan dan penemuan bahan
bangunan baru yang mampu memberikan alternatif kemudahan pengerjaan serta
penghematan dalam biaya. Komponen suatu bangunan terdiri dari pondasi, dinding,
lantai, atap, dan lain – lain. Salah satu alternatif kemudahan dan efisiensi
waktu dalam pemasangan dinding adalah dinding dengan bahan bata beton
berlubang.
Pengertian
bata beton berlubang adalah suatu bahan bangunan yang dibuat dari campuran
bahan perekat hidrolis atau sejenisnya dan agregat, ditambah air secukupnya
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya dan mempunyai luas penampang lubang
lebih dari 25% luas penampang batanya dan volume lubang lebih besar dari 25%
volume batanya. (SK SNI S – 04 – 1989 – F) Penggunaan bata beton berlubang yang
dinilai lebih praktis dan ekonomis saat ini sudah banyak diproduksi dengan
harga yang bervariasi. Praktis karena bahannya mudah didapat, pemasangan mudah,
dan yang paling menguntungkan dalam pemasangannya tidak membutuhkan banyak
bahan pendukung serta penggunaan tenaga kerja yang relatif lebih sedikit.
Di
Indonesia banyak sekali bahan-bahan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
bangunan untuk campuran bahan susun bata beton berlubang terutama bahan
ikatnya. Karena produksi semen portland di Indonesia merupakan salah satu
tumpuan komoditi ekspor khususnya untuk Asia Tenggara, maka perlu diusahakan
adanya bahan pengikat alternatif yang diperuntukan pada bangunan struktural
maupun non struktural (Husin,1998). Salah satu bahan ikat alternative yang
dapat digunakan untuk mengurangi pamakaian semen portland adalah abu terbang.
Abu terbang adalah bagian dari abu bakar yang berupa bubuk halus dan ringan
yang diambil dari campuran gas tungku pembakaran yang menggunakan bahan
batubara. Abu terbang diambil secara mekanik dengan sistem pengendapan
electrostatik. (Hidayat,1986)
Produksi
abu terbang merupakan hasil sampingan Pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap di
Suralaya, Jawa Barat dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap di Paiton, Jawa Timur.
Pemanfaatan dan keuntungannya sebagai bahan tambahan untuk komponen bangunan
mulai dikenal oleh masyarakat, maka pemanfaatan abu terbang sebagai bahan ikat
alternatif mulai dikaji lebih dalam melalui penelitian – penelitian bahan
bangunan. Abu terbang mempunyai butiran yang lebih halus daripada semen
portland, dan mempunyai sifat hidrolik seperti pozzolon. Dengan sifat pozzolon,
maka dapat mengubah kapur bebas[Ca(OH)2 ] sebagai mortar
udara menjadi mortar hidrolik.
Pada
mulanya abu terbang digunakan sebagai penambah semen Portland dengan kadar 5% -
20%, dengan maksud untuk menambah plastisitas adukan beton (workability)
dan menambah kekedapan beton, dimana penambahan abu terbang ini dilakukan pada
waktu penggilingan klinker. Abu terbang memiliki butiran yang lebih halus
daripada butiran semen dan mempunyai sifat hidrolik, maka seharusnya abu
terbang tidak sekedar menambah kekedapan beton, tetapi juga dapat menambah
kekuatannya. Pemikiran ini sangat beralasan, karena secara mekanik abu terbang
ini akan mengisi ruang kosong (rongga) diantara butiran – butiran semen dan
secara kimiawi akan memberikan sifat hidrolik pada kapur bebas yang dihasilkan
dari hidrasi, dimana mortar hidrolik ini akan lebih kuat datipada mortar udara
(kapur bebas + air) (Suhud, 1993).
Pemakaian
abu terbang sebagai bahan tambah dalam pembuatan beton sudah dikenal luas di Amerika
dan beberapa negara Eropa. Pada pembangunan berkelanjutan Kantor Taman dan
Rimba Texas pada Gedung Pusat Baru Pertamanan di Taman Negara Bagian Danau
Somerville, dekat Somerville, TX digunakan desain campuran Abu Terbang Volume
Tinggi / High Volume Fly Ash (HVFA). Walaupun relative hanya tuangan kecil,
80 yard kubik, ini adalah desain campuran HVFA pertama yang digunakan oleh
Kantor Pertamanan dan Rimba Texas dan kontraktornya Quad Tex Construction.
Mereka memilih desain campuran 75% abu terbang untuk membuat beton yang seramah
mungkin pada lingkungan (www.fly ash.com).
Kekhawatiran
akan waktu pemadatan yang terlalu lama, kekuatan akan berkurang, dan
penyelesaiannya akan sangat sulit karena besarnya jumlah abu terbang ternyata
tak terbukti. Waktu pemadatan tidak terlampau bervariasi dari desain campuran
langsung dari kantong, kekuatannya lebih tinggi daripada yang diperkirakan, dan
penyelesaian serta perlakuan tak ada masalah. Kekuatan perkiraan adalah 5000
psi pada 28 hari. Kekuatan sebenarnya ternyata lebih dari 7000 psi pada 28
hari, jauh melebihi kekuatan yang diperkirakan (www.flyash.com).
Pada
penelitian ini pemanfaatan abu terbang tidak hanya untuk kepentingan bahan
bangunan, tetapi juga merupakan suatu usaha untuk membantu menanggulangi
masalah lingkungan, sebagai contoh; abu terbang dari limbah industri Proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya, diperkirakan akan menghasilkan 750.000
ton pertahun apabila ketujuh unit PLTU-nya sudah beroperasi. Abu terbang yang
sebagian besar unsur utamanya adalah silica dapat mengakibatkan pencemaran
lingkungan yang berbahaya bagi kesehatan bila tidak ditangani secara memadai
(Hidayat,1993)
Atas
dasar pertimbangan-pertimbangan diatas, maka dilakukan penelitian mengenai bata
beton berlubang dengan bahan ikat semen portland dan abu terbang. Dengan
komposisi yang bervariasi diharapkan akan diperoleh campuran yang menghasilkan
kuat tekan optimum, sehingga didapatkan bata beton berlubang dengan bahan ikat
yang berbeda, tapi memiliki kuat tekan yang sama atau hampir sama, dan tentu
saja memiliki harga yang lebih murah dibandingkan bata beton berlubang
konvensional.
B. PERUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
uraian diatas timbul permasalahan yang menarik untuk diteliti yaitu bagaimana
pengaruh penambahan abu terbang menggunakan prinsip beton High Volume Fly
Ash (HVFA), dimana abu terbang tidak hanya digunakan sebagai bahan
subtitusi akan tetapi sebagai bahan pengisi (filler). Adapun variasi
campuran bata beton berlubang dengan penambahan abu terbang (dalam satuan
berat) adalah sebangai berikut :
1. 0 Fly Ash : 1 Semen
Portland : 8 Pasir
2. 1,30 Fly Ash : 1 Semen
Portland : 8 Pasir
3. 1,40 Fly Ash : 1 Semen
Portland : 8 Pasir
4. 1,50 Fly Ash : 1 Semen
Portland : 8 Pasir
5. 1,60 Fly Ash : 1 Semen
Portland : 8 Pasir
6. 1,80 Fly Ash : 1 Semen
Portland : 8 Pasir
C. TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan
dari penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui
karakteristik bahan susun bata beton berlubang meliputi: pengujian gradasi
pasir, berat janis pasir, kandungan lumpur pasir, kekekalan butir pasir, dan
gradasi abu terbang
2.
Mengetahui
kuat tekan mortar penyususn bata beton berlubang
3.
Mengetahui
dan nilai serapan air bata beton berlubang dengan bahan ikat tambahan abu
terbang pada variasi komposisi yang telah direncanakan.
D. MANFAAT
PENELITIAN
Dari
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat diantaranya adalah :
1.
Dapat
diketahui pengaruh dari penggunaan bahan ikat tambahan abu terbang dalam pembutan
bata beton berlubang
2.
Secara
akademis dapat memberikan wawasan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya dalam pembuatan bata beton berlubang
3.
Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi bagi industri bahan bangunan
atau dunia usaha bata beton berlubang yang memakai bahan susun semen dan pasir.
E. BATASAN
MASALAH
Data
yang diharapkan dari penelitian ini yaitu tentang uji kuat tekan dan serapan
air pada bata beton berlubang dengan bahan ikat semen Portland dan abu terbang.
Macam dan jenis penelitian akan dibatasi pada permasalahan sebagai berikut:
1.
Konsentrasi
variasi komposisi campuran bahan susun bata beton berlubang :
0
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
30
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
40
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
50
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
60
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
80
Fly Ash : 1 Semen Portland : 8 Pasir
2.
Benda
uji berupa bata beton berlubang
3.
Pengujian
kuat tekan bata beton berlubang berumur 30 hari, 60 hari, dan 90 hari
4.
Setiap
pengujian satu variasi dibuat 3 benda uji
5.
Semen
portland yang dipakai adalah Semen Nusantara Jenis I
6.
Abu
terbang yang dipakai adalah abu layang dari PLTU Paiton
7.
Pemeriksaan
terhadap pasir meliputi pemeriksaan agregat, berat jenis pasir, kandungan
lumpur pasir, kekekalan butir pasir.
Skripsi
ini terdiri dari BAB I sampai dengan BAB V Full
Tidak ada komentar:
Posting Komentar